Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoyrot). Konsep ini tercermin dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits, yang menekankan pentingnya berlomba-lomba dalam amal shalih sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan kontribusi positif bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini menjadi pendorong umat Islam untuk selalu berbuat baik dan meningkatkan kualitas hidup bersama.
Makna
Fastabiqul Khoyrot dalam Al-Qur'an
Istilah fastabiqul khoyrot
secara eksplisit disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya dalam
surah Al-Baqarah (2:148):
"Dan
bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah
akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu."
Ayat ini menegaskan bahwa
berlomba-lomba dalam kebaikan adalah perintah Allah bagi semua umat manusia,
tanpa memandang perbedaan. Kebaikan yang dimaksud mencakup segala bentuk amal
yang mendatangkan manfaat, baik dalam hubungan manusia dengan Allah (hablum
minallah) maupun hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).
Pendapat
Para Ahli tentang Berlomba-lomba dalam Kebaikan
1.
Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali, seorang ulama dan
filsuf terkemuka, menekankan pentingnya mengutamakan niat yang ikhlas dalam
setiap amal kebaikan. Menurutnya, berlomba dalam kebaikan bukan sekadar untuk
mendapatkan penghargaan di dunia, tetapi lebih pada mencapai ridha Allah. Ia
menyatakan dalam Ihya Ulumuddin, “Amal yang terbaik adalah yang
dilakukan dengan keikhlasan, dan orang yang berlomba dalam kebaikan adalah
mereka yang tidak terjebak pada kesombongan atau pamer.” Oleh karena itu,
Al-Ghazali mengajarkan bahwa niat murni harus menjadi landasan dalam
berlomba-lomba melakukan kebajikan.
2.
Ibnu Katsir
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan adalah upaya untuk memotivasi umat Islam agar tidak berlengah-lengah dalam beramal. Ibnu Katsir mengutip berbagai hadits yang menguatkan bahwa setiap amal baik, sekecil apa pun, memiliki nilai yang besar di sisi Allah. Ia menekankan pentingnya waktu dan kesempatan dalam hidup, serta bagaimana setiap muslim harus menggunakan waktu mereka dengan bijak untuk memperbanyak amal saleh.
3.
Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Dalam bukunya Fiqh Prioritas,
Dr. Yusuf Al-Qaradawi menyatakan bahwa berlomba-lomba dalam kebaikan harus
didasarkan pada prioritas amal yang paling bermanfaat bagi masyarakat.
Menurutnya, umat Islam perlu memahami konteks dan situasi di sekitar mereka
untuk menentukan jenis kebaikan apa yang paling urgen dilakukan. Ia berpendapat
bahwa fokus utama harus pada amal yang memberikan manfaat jangka panjang dan
memperbaiki kondisi sosial, seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan
menjaga lingkungan.
Bentuk-bentuk
Berlomba-lomba dalam Kebaikan
- Amal Sosial
Amal sosial adalah salah satu wujud nyata dari berlomba-lomba dalam kebaikan. Islam sangat menekankan kepedulian terhadap sesama, seperti membantu fakir miskin, memberikan sedekah, serta mendirikan lembaga pendidikan atau kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. - Ilmu Pengetahuan
Menuntut ilmu juga dianggap sebagai bagian dari amal yang dianjurkan. Para ulama dan cendekiawan muslim, seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, berpendapat bahwa ilmu merupakan kebaikan yang membawa manfaat besar bagi umat manusia. Berlomba-lomba dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya adalah salah satu bentuk fastabiqul khoyrot yang sangat dianjurkan. - Amal Spiritual
Selain amal sosial dan intelektual, aspek spiritual seperti memperbanyak ibadah, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir juga termasuk dalam kebaikan yang harus diprioritaskan. Imam Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin menekankan pentingnya amal ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Berlomba-lomba dalam kebaikan
merupakan ajaran inti dalam Islam yang mencerminkan upaya setiap muslim untuk
mengisi kehidupan dengan amal shalih yang membawa manfaat, baik bagi diri
sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Para ulama dan cendekiawan muslim telah
menegaskan pentingnya niat yang ikhlas, prioritas amal yang benar, serta
ketekunan dalam berbuat baik. Dengan semangat fastabiqul khoyrot, umat Islam
diharapkan mampu menjadi pelopor dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan
penuh rahmat bagi semua makhluk.
Semoga kita semua mampu memaknai dan
menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, berlomba-lomba dalam
kebaikan menuju keridhaan Allah SWT.
Tulisan Ibu Tri Oktiana Endah Pratiwi