Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Menelaah
Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Media
Youtube
Oleh : Sus Daryanti, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Kurikulum 2013 Muatan
Lokal Bahasa Jawa dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, baik secara
makro (jagad gedhe) dan secara mikro (jagad cilik). Penyempurnaan pola pikir
secara makro mengacu pada perubahan pola pikir yang mengarah pada hal-hal
berikut: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik; (2) pembelajaran
interaktif; (3) pola pembelajaran jejaring; (4) pola pembelajaran aktif dengan
pendekatan sains; (5) pola belajar berbasis tim; (6) pola pembelajaran alat
tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran
berbasis kebutuhan peserta didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines); dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran
kritis.
Pola pemikiran secara
mikro (jagad cilik) mengacu pada (1) pola pembelajaran bahasa Jawa mengarah
pada pembentuk kepribadian dan penguat jati diri masyarakat Jawa yang tercermin
pada pocapan, patrap, dan polatan; (2) pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya
pengolahan kearifan budaya lokal untuk didayagunakan dalam pembangunan budaya
nasional, watak, dan karakter bangsa; (3) pembelajaran bahasa Jawa sebagai
penjaga dan pemelihara kelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa; (4)
pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya penyelarasan pemakaian bahasa, sastra,
dan aksara Jawa agar sejalan dengan perkembangan bahasa Jawa (nut ing jaman
kalakone); (5) pembelajaran bahasa Jawa sebagai proses pembiasaan penggunaan
bahasa Jawa yang laras dan leres dalam berkomunikasi dan berinteraksi
sehari-hari di dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan kaidah, etika, dan
norma yang berlaku; (6) pembelajaran bahasa Jawa memiliki ciri sebagai pembawa
dan pengembang budaya Jawa
Penguatan materi
dilakukan dengan memperhatikan (1) penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama
dengan mempertimbangkan keberadaan dialek masing-masing daerah. Materi
kebahaasan yang berkaitan dengan unggah-ungguh tidak disajikan secara khusus
pada aspek pengetahuan (KI 3). Hal ini dikawatirkan unggah ungguh hanya
berhenti pada tataran pengetahuan padahal yang diharapkan unggah ungguh basa sebagai
sebuah action sebagai manifestasi kesantunan berbahasa yang menjadi bagian dari
sikap sosial (KI2) yang tercermin dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang
diajarkan melalui keteladanan dan pembiasaan pada setiap kesempatan baik itu
dalam proses pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas. (2) pemanfaatan
sastra Jawa modern sebagai hasil karya sastra Jawa baik yang berupa sastra
tulis maupun sastra lisan (geguritan, crita cekak, crita sambung, novel, drama,
film dan sebagainya) yang berkembang untuk pembentukan karakter yang njawani,
(3) pemanfaatan sastra klasik baik lisan maupun tulis (sastra piwulang, babad,
legenda, tembang, nyanyian rakyat, tembang dolanan, cerita, mitos, dongeng,
sastra wayang dan sebagainya) untuk penguatan jati diri, dan (4) aksara Jawa
sebagai pemertahanan jati diri.
Dalam
praktik pembelajaran penulis menggunakan bahan ajar yang berupa teks cerita yang ada di
buku pegangan guru menggunakan desain teks yang sederhana. Ternyata,
dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan
latar belakang siswa. Selain
itu, penulis masih berfokus
pada penguasaan pengetahuan
kognitif yang lebih
mementingkan hafalan materi.
Dengan demikian proses
berpikir siswa masih dalam level
C1(mengingat), memahami (C2),
dan C3 (aplikasi).
Guru hampir tidak
pernah melaksanakan
pembelajaran yang berorientasi
pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking
skills/ HOTS).
Berdasarkan hasil
pengamatan yang penulis
lakukan dengan beberapa
siswa diperoleh informasi bahwa peserta didik bosan mengikuti
pembelajaran yang banyak dilakukan guru
dengan menggunakan metode
ceramah selain ceramah,
metode yang selalu dilakukan
guru adalah penugasan.
Sebagian peserta didik
mengaku jenuh dengan tugas-tugas
yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks.
Oleh
karena itu, guru harus mempunyai 4 kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan personal sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi Guru, dan
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Guru
mempunyai peran penting dalam mengantarkan siswa untuk mencapai masa depan yang
baik. Oleh karena itu, di dalam sekolah diajarkan berbagai keterampilan yang
dapat menjadi bekal siswa untuk mencapai masa depan yang cemerlang.
Dalam pembelajaran bahasa
Jawa di sekolah mengalami beberapa kendala diantaranya minat siswa dalam
membaca masih rendah khususnya membaca teks yang menggunakan bahasa Jawa karena
siswa lebih tertarik membaca bacaan dari internet yang dianggap mudah untuk
dipahami dan mudah untuk didapatkan. Siswa menganggap teks yang menggunakan
bahasa Jawa sulit dipahami karena siswa terbiasa membaca teks menggunakan
bahasa Indonesia. Selain itu banyak siswa yang tidak mengetahui arti dari kata
bahasa Jawa yang terdapat dalam teks karena siswa tidak terbiasa menggunakan
bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Bacaan menggunakan bahasa Jawa juga
masih sangat jarang seperti novel Jawa dan majalah berbahasa Jawa.
Media pembelajaran yang
digunakan oleh guru di sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan pembelajaran untuk mendukung siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajarn kurang menarik
perhatian siswa. Abi Hamid, Mustofa, et al. (2020) menyimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan
melalui berbagai saluran, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar untuk menambah informasi
baru pada diri siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Media
pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah
pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran
(Riyana, Cepy.(2012). Sedangkan Hasan, Muhammad, et al. (2021) mengutarakan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara
atau penghubung dari pemberi informasi yaitu guru kepada penerima informasi
atau siswa agar termotivasi serta bisa mengikuti proses pembelajaran secara utuh
dan bermakna.
Selain itu, metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih monoton
serta penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dalam kegiatan
pembelajaran. Afandi, Muhamad, et al. (2013), dari konsep pembelajaran, model dan
metode pembelajaran dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran adalah
prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai
tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media
dan alat penilaian pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau
tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan
mekanisme metode pembelajaran.
Untuk menghadapi era
Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat
tinggi (higher order
thinking skills). Salah
satu model pembelajaran yang berorientasi
pada HOTS dan
disarankan dalam implementasi
Kurikulum Merdeka adalah model Problem
Based Learning yang menuntun peserta didik untuk mengamati (membaca)
permasalahan, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di depan
kelas, model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan
menggunakan masalah dari
dunia nyata sebagai konteks
siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi
yang dipelajarinya. Dalam Problem
Based Learning siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata
dalam kehidupan sehari- hari
(kontekstual). Dengan kata
lain, Problem Based
Learning membelajarkan siswa untuk
berpikir secara kritis
dan analitis, serta
mencari dan menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai
untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Oleh
karena itu, dari hasil kajian literatur dan wawancara, penulis yang berperan
sebagai guru mendesain pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan siswa
menelaah Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pocung menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
dan media Video Youtube.
Selain berguna untuk situasi pembelajaran, praktik baik ini juga dapat
dijadikan referensi bagi guru lain untuk menginovasi pembelajarannya.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan tulisan
ini adalah:
1.
Apakah penggunaan media
pembelajaran dengan Video Youtube dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menelaah
Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pocung?
2.
Apakah penerapan model
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) yang diterapkan
sudah sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan?
C.
Strategi
Pemecahan Masalah
1.
Pembuatan
Perangkat Pembelajaran.
Dalam melakukan kegiatan ini, penulis
menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP yang berisi mengenai
sintaks yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, Bahan Ajar sesuai
materi pembelajaran, LKPD sebagai alat untuk mengukur sejauh mana siswa
memahami materi yang telah dipelajari, Instrumen Penilaian sebagai alat ukur
kemampuan siswa, dan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran
supaya siswa dapat memahami materi yang telah diajarkan.
2.
Penggunaan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Penulis menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sehingga siswa dapat lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan menentukan solusi dari permasalahan yang
ditemukan.
3.
Penggunaan Metode
Ceramah, Diskusi, dan Tanya Jawab
Penulis menggunakan menggunakan
metode ceramah dalam menjelaskan materi dalam kegiatan pembelajaran, diskusi
sehingga siswa dapat mekatih kerjasama dengan temannya dalam menyelesaikan
masalah yang ditemukan, dan tanya jawab untuk melatih komunikasi antarsiswa.
Pendekatan yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran adalah saintifik dan
TPACK.
4.
Penggunaan
Media Pembelajaran PPT dan Video Youtube.
Penulis
menyampaikan materi menggunakan media pembelajaran PPT dan contoh
tembang disampaikan dengan Video Youtube.
5.
Masukan
Observer.
penulis juga
meminta masukan dari observer yang merupakan teman sejawat di sekolah. Observer
memberi masukan kepada penulis yaitu untuk membahas hasil dari kegiatan pretest
sebagai dasar dalam menjelaskan materi pembelajaran dan posttest yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan refleksi.
BAB
II
IMPLEMENTASI BEST PRACTICE
A. Implementasi
Strategi Pemecahan Masalah.
Dalam mengimplementasikan
strategi pemecahan masalah yang sudah ditemukan oleh penulis, penulis menyusun
sintaks yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sintaks yang penulis
laksanakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu mengawali pembelajaran
dengan salam dan doa sampai memberi soal pretest dengan menggunakan aplikasi WordWall
Game kepada siswa. Dalam kegiatan inti saya menjelaskan materi, membimbing
siswa dalam berdiskusi kelompok sampai menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari dalam pembelajaran. Diantara kegiatan tersebut penulis menyelipkan icebreaking
untuk mengurangi ketegangan dari peserta didik. Dalam kegiatan penutup saya
melakukan refleksi, kegiatan posttest menggunakan aplikasi WordWall Game
dan mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam.
Penulis menggunakan media
pembelajaran yang menarik seperti Power Point dalam menjelaskan materi
pembelajaran dan menggunakan Video Youtube karya penulis sendiri dalam
menyediakan contoh Tembang Serat
Wedhatama Pupuh Pocung sehingga siswa dapat lebih tertarik dan antusias dalam
membaca novel berbahasa Jawa karena tampilan yang menarik. Link Tembang Serat
Wedhatama Pupuh Pocung:
https://www.youtube.com/watch?v=j4mpbkgqqrI&t=6s
Penulis menyusun LKPD
untuk memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas terkait materi pembelajaran
sehingga siswa akan lebih memahami materi pembelajaran. Penulis menyusun
instrumen penilaian untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami
materi pembelajaran dan memberi penilaian terhadap hasil kerja siswa.
Untuk mendukung semua
kegiatan pembelajaran dan membuat siswa lebih bersemangat dalam memahami materi
pembelajaran, penulis menyusun bahan ajar yang berisi mengenai materi
pembelajaran. Materi pembelajaran dikemas menjadi lebih menarik dengan
menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami siswa. Dengan begitu, siswa
akan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
B. Hasil
yang Dicapai.
Hasil yang dicapai dari
penggunaan media power point dan Video Youtube, penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan diskusi kelompok pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Purwodadi yaitu :
1. Siswa
lebih antusias dan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Siswa
menjadi lebih aktif.
3. Siswa
menjadi percaya diri.
4. Siswa
menjadi lebih terampil.
5. Pembelajaran
menjadi lebih menarik.
6. Penguasaan
kosakata siswa meningkat.
7. Melatih
kerjasama antar siswa dalam diskusi kelompok
Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa model pembelajaran dan metode pembelajaran yang guru
aplikasikan dalam proses pembelajaran sangat efektif, dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
C. Kendala-kendala
yang Dihadapi.
Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran ini telah berjalan dengan lancar, akan tetapi ada sedikit kendala
yang dihadapi penulis dalam pelaksanaannya, diantaranya:
a. Para
peserta didik kurang menguasai kosakata berbahasa Jawa, dikarenakan mereka
setiap harinya menggunakan bahasa indonesia dalam percakapan sehari-hari.
b. Menyesuaikan
jam mengajar dengan jadwal Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
c. Kemampuan
pengambilan gambar (video) dan editing video yang masih terbatas.
D. Faktor-faktor
Pendukung
Kesuksesan kegiatan ini dikarenakan
penulis mendapat juga dukungan dari beberapa pihak, yaitu:
1. Peserta
didik kelas XI yang menjadi objek dalam menentukan identifikasi masalah hingga dilaksanakannya
aksi (PPL).
2. Teman
sejawat yang berperan dan membantu guru dalam memberikan solusi dari
permasalahan yang timbul dalam pembelajaran serta dalam pengambilan gambar saat
kegiatan.
3. Kepala
sekolah yang berperan dalam memberikan dukungan moral dan materil hingga
pelaksanaan PPG bisa berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala.
4. Para
dosen dan guru pamong yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dan tagihan di LMS.
E. Alternatif
Pengembangan.
Usaha yang telah dilakukan
dalam kegiatan ini merupakan wujud dari tanggung jawab penulis sebagai Guru
dalam menyusun pembelajaran Inovatif yang sesuai dengan kondisi serta kebutuhan
peserta didik. Selain berguna untuk
situasi pembelajaran, praktik baik ini juga dapat dijadikan referensi bagi guru
lain untuk menginovasi pembelajarannya.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. SIMPULAN
Proses pembelajaran inovatif dapat tercipta jika model dan
strategi pembelajaran yang ditentukan tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Guru harus mau terus belajar dan mencari informasi mengenai strategi, model,
media atau metode pembelajaran dalam mengatasi permasalahan pembelajaran.
Problem Based Learning sangat cocok
untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan melatih kemampuan bernalar
kritis siswa, dengan menggunakan media pembelajaran yang berbasis TPACK,
anak-anak lebih tertarik untuk menyimak dan memperhatikan.
B. SARAN
Dari semua rangkaian
kegiatan yang telah penulis lakukan , penulis menyarankan bahwa:
1. Penggunaan
media pembelajaran dengan Video
Youtube dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menelaah
Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung.
2. Memberikan
reward kepada siswa yang mendapatkan hasil baik dalam memahami materi
pembelajaran.
3. Guru
lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran yang berbasic TPACK agar peserta
didik lebih berminat mengikuti pembelajaran.
Daftar Pustaka
Arimbawa, I. G. P.
A. (2021). Penerapan Word Wall Game Quis Berpadukan Classroom Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi. Indonesian Journal of
Educational Development, 2(2), 324–332.
Arisyanto, P.,
Prasetyo, S. A., Untari, M. F. A., & Sundari, R. S. (2021). Pengembangan
Media Pembelajaran Tembang Macapat Berbasis Android Bagi Mahasiswa PGSD UPGRIS.
Jurnal Basicedu, 5(3), 1584–1592.
Matsuri, Daryanto,
J., & Karsono. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Tembang Macapat
Berbasis Video Interaktif. Jurnal Pendidikan Dasar Universitas Sebelas Maret,
3(2), 59–65.
Abi Hamid,
Mustofa, et al. Media pembelajaran. Yayasan Kita Menulis, 2020
Afandi, Muhamad,
et al. Model dan Metode Pembelajaran. Semarang: Unissula, 2013.
Riyana, Cepy.
Media Pembelajaran. KEMENAG RI, 2012
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor : 423.5/04678,Tentang Pedoman Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Provinsi Jawa Tengah, 2022
Lampiran:
1. Perangkat
Pembelajaran Teks Serat Wedhatama
Pocung.
Link:
https://drive.google.com/file/d/1Dmj4RhnIMi2EYmDe4kRo1328lK8LVFLJ/view?usp=sharing
Link
Youtube:
2. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran.